Minggu, 04 Februari 2024

TINDAKAN DASAR KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT (ORAL, TETES, TOPICAL, DAN SUPOSITORIA

 

A.  KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT ORAL

1.  Definisi

Pemberian obat per oral adalah menyiapkan dan memberikan obat untuk klien, yang dapat diberikan melalui mulut dan ditelan.

Obat merupakan sejenis subtansi yang digunakan dalam proses diagnosis, pengobatan, penyembuhan dan perbaikan maupun pencegahan terhadap gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis terapi primer yang memiliki hubungan erat dengan proses penyembuhan sebuah penyakit (Potter & Perry, 2015).

2.  Bentuk dan macam obat yang diberikan per oral

1)   Cair

a.       Larutan, misalnya OBH, DMP, dan lain-lain

b.      Suspensi, misalnya Chloramphenicol syrup

c.        Emulsi, misalnya Scott’s Emulsion, dan lain-lain.

2)   Padat berupa:

a.         Pulvis/ bedak serbuk

b.        Tablet

c.          Pil

d.       Kapsul

e.       Pulveres/ serbuk bagi (obat puyer)

f.       Kaplet (kapsul tablet/ bentuk obat seperti kapsul namun tekstur keras seperti tablet)

 

3.  Tujuan

1)   Menyediakan obat yang memiliki efek lokal.

2)   Menghindari pemberian obat yang akan menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.

3)   Menghindari pemberian obat yang mampu menyebabkan nyeri.

4.  Cara Memberikan Obat per Oral

Persiapan Alat dan Bahan

1)   Obat yang diperlukan

2)    Sendok obat

3)   Gelas ukur obat

4)   Lumpang/ mortir (untuk obat pulvis)

5)   Meja obat/troli atau baki obat

6)   Air minum dan tempatnya

7)   Buku rencana pengobatan (yang berisi catatan yang lengkap dengan nama klien, nomor tempat tidur, nomor register, jenis/nama obat, dosis obat, waktu pemberian, dan lain-lain)

8)   Sedotan

9)   Lap kerja

10) Sarung tangan

Cara Kerja

Membagi obat ke tempat obat

1)   Cuci tangan

2)   Kaji kemampuan klien apakah mampu untuk dapat minum obat per oral.

3)   Baca instruksi pada daftar obat (nama klien, nama dosis obat, waktu, cara pemberian, dan periksa tanggal kedaluwarsa obat)

4)   Ambil obat-obatan di lemari penyimpanan obat

5)   Siapkan obat dengan tepat menurut daftar obat (obat masih dalam kemasan/pembungkus).

 

Membagi obat ke klien

1)   Ambil daftar obat dan obat, kemudian teliti kembali sambil membuka pembungkus obat

2)   Tuangkan obat cair ke dalam gelas ukur obat, jaga kebersihan etiket obat

3)   Bawa obat dan daftar obat ke klien sambil mencocokkan nama pada daftar obat

4)   Pastikan klien benar dengan memanggil nama klen sesuai dengan nama pada daftar obat

5)   Berikan obat satu per satu ke klien sambil menunggu sampai klien selesai minum

6)   Cuci tangan

7)   Dokumentasi, yaitu catatiah pada buku rencana pengobatan, bahwa obat tersebut sudah diberikan sesuai dengan ketentuan

 

5.  Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Obat Per Oral.

1)   Klien yang alergi terhadap obat.

2)   Kemampuan klien untuk menelan obat.

3)   Adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu absorpsi obat, efek samping obat, interaksi obat

4)   Ketersediaan obat yang diberikan.

5)   Obat-obat yang diberikan berdasarkan program terapi dari dokter yang bersangkutan dan diberikan tepat pada waktunya.

6)   Obat-obat yang dibeli sendiri oleh klien harus disimpan di dalam lemari obat dan pada tempat khusus dengan etiket nama yang jelas

7)   Apabila kurang yakin atau kurang jelas mengenai catatan tersebut, tanyakan kembali kepada perawat yang bertanggung jawab atau kepada dokter yang bersangkutan.

8)   Pada saat menyiapkan obat, bacalah etiket dari setiap obat paling sedikit 3 kali, yaitu ketika:

a.            Mengambil obat dari lemari penyimpanan

b.            Membuka tutupnya

c.             Meletakkan kembali ke dalam lemari.

9)   Hindari mengambil obat yang kurang etiketnya.

10) Selama menuangkan obat cairan, hindari menuangkannya pada sisi yang ada etiketnya.

11) Setiap setelah mengambil obat, tutup kembali tempat obat dan pastikan betul-betul tertutup rapat.

12) Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat, segera laporkan kepada yang bertanggung jawab dokter.

6.  Prinsip 7 Benar Dalam Pemberian Obat

Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan obat hanya boleh memberikan obat sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter dan melakukan pengecekan ulang apabila ada keraguan terhadap instruksi tersebut.

Proses pemberian obat minimal menggunakan prinsip 7 benar dalam pemberian obat dengan cara membandingkan resep yang didapatkan terhadap label obat. Adapun prinsip 7 benar berdasarkan standar yang berlaku di Rumah Sakit Umum daerah Sanjiwani Gianyar nomor SPO.120/PKPO/VII/2018 yang direkomendasikan antara lain:

1)     Benar pasien

         Perawat harus memastikan sebelum memberikan obat apakah obat yang diberikan benar sesuai dari catatan keperawatan dengan identitas gelang klien. Identifikasi identitas klien dan penanda alergi klien.

Kesalahan dalam pemberian obat sering terjadi karena pasien mengkonsumsi obat yang diresepkan untuk orang lain. Perawat sebelum memberikan obat pada pasien harus memastikan bahwa obat tersebut tepat

pada pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua identitas pasien berupa nama dan nomor identitas yang diberikan rumah sakit, atau nomor telepon. Penggunaan nomor ruangan sebagai identitas tidak dibenarkan. Sedangkan untuk mengenali pasien di unit gawat darurat dapat menggunakan gelang tanda pengenal pasien.

Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada pasien yang benar. Perawat

yang bekerja di rumah sakit atau lingkungan perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat kepada banyak pasien. Pasien sering mempunyai nama akhir yang serupa, dan ini menyulitkan untuk mengingat setiap nama dan wajah, khususnya bila perawat bebas tugas sebelumnya selama beberapa hari. Untuk mengidentifikasi pasien yang tepat, perawat memeriksa kartu, format atau laporan pemberian obat yan dicocokan dengan gelang identifikasi pasien dan meminta pasien menyebutkan namanya (Potter & Perry, 2015).

Benar klien berarti bahwa obat yang diberikan memang benar dan sudah dipastikan harus diberikan kepada klien yang bersangkutan. Kesalahan identifikasi klien dapat terjadi jika terdapat 2 (dua) orang klien dengan nama yang sama atau mirip berada pada satu ruangan atau unit. Untuk menghindari kesalahan pemberian, cocokkan selalu nama klien pada gelang identifikasi atau pada papan nama di tempat tidur klien dengan catatan rekam medik. Maka pemakaian gelang identitas sangat penting untuk setiap kali pengobatan (Kuntarti, 2015).

 

Benar klien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien setiap kali pengobatan. Pada keadaan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan (Kee and Hayes, 2010).

2)     Benar obat

Sebelum memberikan obat pada klien, perawat memastikan kembali obat yang telah diresepkan oleh dokter dengan memeriksa label obat sebanyak tiga kali.

Penulisan obat di rekam medis yang dilakukan dengan tulisan tangan memungkinkan terjadinya kesalahan dalam membaca obat tersebut karena

tulisan yang tidak jelas. Perawat yang menerima instruksi obat dengan tulisan tangan harus mengecek kembali dengan daftar obat yang tercantum

dalam laporan pemberian obat. Apabila sudah benar, maka perawat dapat mempersiapkan dan memberikan obat pada pasien. Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ke tempat penyimpanan. Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang asing (baru didengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

Benar obat berarti klien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah pengobatan bisa diresepkan oleh seorang dokter, pediatrist, atau pemberi asuhan yang berwenang untuk memerintahkan pengobatan. Resep dapat ditulis di buku resep dan bagi pasien yang dirawat di rumah sakit perintah pengobatan ditulis pada lembar instrusi dokter. Perintah melalui telpon untuk pengobatan harus ditanda tangani oleh dokter yang menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan adalah: tanggal

dan waktu penulisan perintah, nama obat, dosis obat, rute pemberian, frekuensi pemberian, tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan.

Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah    yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak lengkap maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya (Kee dan Hayes, 2010).

Obat yang pertama kali diprogramkan kepada pasien, perawat membandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat, perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Perawat melakukan ini tiga kali, yaitu sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau lemari, pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya, dan sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan. Dengan dosis tunggal, obat sebelumnya sudah dikemas, perawat memeriksa label pada tiket atau format obat sebanyak tiga kali walaupun obat tersebut belum diambil dari wadah yang besar. Perawat hanya memberikan obat yang disiapkannya. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat (Potter & Perry, 2015).

3)     Benar dosis

Setelah memastikan bahwa obat yang akan diberikan pada klien benar, perawat juga perlu memastikan dosis dengan jumlah yang benar. Semua perhitungan dosis obat harus diperiksa ulang agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.

Penggunaan sistem unit dosis dapat mengurangi terjadinya kesalahan pemberian dosis obat pada pasien. Perawat dalam mempersiapkan obat yang akan diberikan pada pasien harus melakukan penghitungan dosis yang benar dan meminimalkan kesalahan dengan melibatkan perawat lain untuk mengecek ketepatan dosis obat yang akan diberikan pada pasien. Setelah menghitung dosis obat, siapkan obat dengan alat ukur yang standart seperti spuit untuk mengukur obat secara akurat. Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.

Benar dosis obat berarti obat yang diberikan memang dosis yang

diinginkan oleh tim medis dan dosis tersebut telah sesuai untuk klien. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta) serta pada keadaan tertentu berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien (Kee and Hayes, 2010).

Sistem unit dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai. Apabila sebuah obat

disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, risiko kesalahan meningkat. Pada situasi ini, perawat harus memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan perawat lain (Perry & Potter, 2015).

Kesalahan dosis obat dapat terjadi bila tim medis memberikan obat yang tidak sesuai dengan klien, apoteker salah mengeluarkan obat, perawat salah memberikan dosis obat, perawat atau asisten perawat salah menuliskan kembali obat-obatan yang diresepkan oleh tim medis. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Lakukan pengecekan ulang terhadap dosis obat yang diberikan bila: klien mengatakan bahwa dosis obat berubah dari biasanya, beberapa obat harus diberikan dalam waktu yang bersamaan, dosis obat yang diinginkan dalam jumlah yang besar, dan jumlah sediaan obat yang tersedia dari apoteker tidak sesuai dengan dosis obat yang harus diberikan kepada klien (Kee and Hayes, 2010).

4)     Benar cara atau rute

Sikap hati-hati sangat diperlukan agar perawat dapat memberikan obat yang benar. Perawat perlu memastikan apakah obat yang akan diberikan sudah dengan jalur yang tepat. Perawat juga perlu berkonsultasi pada dokter jika tidak disertakan jalur pemberian obat.

Benar cara pemberian adalah memberikan obat sesuai dengan pesanan medis dan cara tersebut aman dan sesuai untuk klien. Tim medis dalam menuliskan resep atau instruksi harus menjelaskan cara pemberian obat dengan spesifik. Bila cara pemberian dinilai kurang, tidak atau kurang cocok dengan kondisi klien, segera lakukan klarifikasi dengan tim medis atau pemberi instruksi tersebut. Untuk memastikan obat diberikan melalui cara yang sesuai, perawat harus mengetahui cara pemberian obat yang biasa digunakan dan cara pemberian obat yang aman bila harus sesuai dengan instruksi yang diberikan (Kee and Hayes, 2010).

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, dan inhalasi.

a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti di samping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti di luar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset atau perinfus).

c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.

d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar atau kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.

e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting. Juga sangat penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan komplikasi, misalnya abses steril atau efek sistemik yang fatal (Potter & Perry, 2015).

5)     Benar waktu

Perawat perlu memastikan kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat. Sebagai contoh klien diberikan resep obat dokter yang diberikan 8 jam sekali dalam tiga kali sehari, misal dari pukul 6 pagi, 2 sore, dan jam 10 malam.

Benar waktu pemberian adalah memberikan obat sesuai dengan frekuensi dan waktu yang sudah ditetapkan. Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Pembagian obat yang dilakukan secara rutin sangat bervariasi pada setiap institusi, misalnya untuk obat pagi diberikan pada pukul 07.30, 08.00 atau 09.00, atau waktu pemberian obat dibuat berdasarkan frekuensi, misalnya untuk obat yang diberikan 4 kali sehari waktu yang digunakan adalah pukul 09.00, 13.00, 17.00, dan 21.00, atau beberapa institusi menetapkan 08.00, 12.00, 16.00 dan 20.00 (Kee and Hayes, 2010).

 

Obat mempunyai waktu paruh (t ½) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obatan dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat. Ingat dalam pemberian antibiotik tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap.

Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian yang tepat. Obat tidur harus diberikan menjelang tidur. Banyak klien yang dirawat memilih tidur lebih awal daripada yang biasa mereka lakukan di rumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa prosedur dapat mengganggu tidur pasien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana pasien dapat memperoleh manfaat optimal obat (Potter & Perry, 2015).

Perawat harus memberikan obat secara tepat waktu karena akan berdampak pada kerja obat. Pada waktu memberikan obat pada pasien perhatikan kode pemberian obat. Obat mempunyai prioritas kerja obat pada waktu tertentu seperti setelah makan diberikan setengah jam setelah makan. Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat. Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.

6)     Benar evaluasi

Setelah memberikan obat kepada pasien, perawat masih harus memantau efek dan kinerja dari obat tersebut. Jangan sampai pasien mengalami alergi obat, obatnya masih diberikan pada waktu berikutnya.

Efek suatu obat tidak selalu muncul seketika, kadang butuh jeda beberapa saat sejak waktu pemberian. Ada jenis yang memberikan efek sangat cepat, ada juga yang harus ditunggu sampai berjam-jam sampai benar-benar terasa khasiatnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan aksi obat, antara lain ukuran partikel dan kondisi individual pasien. Namun diantara berbagai faktor tersebut, jenis sediaan obat dan cara pemberian paling menentukan seberapa cepat obat bisa memberikan efek pada pasien. Jenis-jenis obat yang memberikan efek paling cepat berdasarkan cara pemberiannya, adalah:

a. Inhalasi (7-10 detik)

Obat hirup atau inhalasi yang dihirup maupun disemprotkan langsung ke hidung memberikan efek paling cepat dibandingkan jenis obat yang lain. Partikel obat yang terhirup akan masuk ke paru-paru dan langsung dibawa ke otak oleh pembuluh darah yang ada di sana. Dengan mekanisme yang sama, racun nikotin dalam rokok disebut-sebut hanya butuh 7 detik untuk memicu kerusakan di otak. Jenis obat inhalasi memang lebih diperuntukkan bagi pasien yang membutuhkan efek cepat misalnya pada serangan asma. Meski beberapa sumber menyebut efeknya muncul antara 7-10 detik, kecepatannya juga dipengaruhi faktor lain termasuk ukuran partikel dan kondisi individual pasien.

b. Obat injeksi (15 detik-5 menit)

Obat suntik atau injeksi termasuk jenis obat yang memberikan efek paling cepat, sehingga banyak dipilih dalam kondisi gawat darurat. Dibandingkan obat yang ditelan, obat suntik lebih cepat mencapai pembuluh darah sehingga cepat didistribusikan keseluruh tubuh. Kecepatan obat suntik dalam memberikan efek berbeda-beda tergantung

jenis injeksi atau penyuntikan. Injeksi intravena memberikan efek paling

cepat karena langsung disuntikkan ke pembuluh darah, sementara injeksi subkutan (di bawah kulit) dan intramuskular (di jaringan otot) efeknya lebih lambat. Pemberian obat suntik hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis, kecuali pada kondisi tertentu misalnya pasien diabetes tipe-1 yang sewaktu-waktu harus menyuntikkan insulin sendiri. Jenis obat suntik lain seperti pereda nyeri, antibiotik dan vitamin tidak boleh disuntikkan sendiri.

c. Obat topikal (5 menit-30 menit)

Obat-obat topikal yang diberikan melalui permukaan tubuh seperti salep, koyok, tablet vagina dan supositoria merupakan jenis obat yang memberikan efek dengan kecepatan sanagt bervariasi. Tidak secepat injeksi dan inhalasi, namun sebagian ada yang lebih cepat dibandingkan obat telan. Efek yang cepat umumnya bersifat lokal, hanya di sekitar lokasi pemberian misalnya salep nyeri otot yang isinya anestesi lokal. Sementara obat topikal yang efeknya sistemik misalnya plester nikotin didesain untuk bekerja lebih lambat dengan durasi lebih lama, untuk mengatasi kecanduan rokok. Lokasi pemberian juga mempengaruhi kecepatan aksi obat. Untuk obat yang bersifat sistemik, pemberian di permukaan kulit luar memberikan efek lebih lambat dibandingkan dengan supositoria atau tablet vagina yang diserap melalui anus serta dinding vagina.

d. Obat oral (5 menit- 1 jam)

Obat-obat yang diberikan lewat mulut seperti tablet, kapsul dan sirup memberikan efek relatif lebih lambat dibandingkan injeksi dan inhalasi. Karena lambat, obat oral jauh lebih aman karena jika terjadi kesalahan masih ada kesempatan untuk memuntahkannya kembali. Kecepatan aksinya dipengaruhi banyak faktor, terutama bentuk sediaan. Sirup paling cepat karena tidak butuh waktu untuk disolusi atau memecah partikel, sedangkan yang paling lama adalah tablet salut selaput (film coated) yang didesain agar tidak pecah di lambung. Tablet hisap (sublingual) sebenarnya memberikan efek paling cepat, namun secara teknis tidak bisa dibandingkan dengan obat-obat oral lainnya. Penyerapan zat aktif pada tablet hisap tidak terjadi di saluran pencernaan melainkan di bawah lidah dan rongga mulut.

7)     Benar dokumentasi

Setelah pemberian obat perawat harus mencatat tindakan yang telah diberikan segera setelah tindakan dengan mencatat nama klien, nama obat dan alergi, dosis obat, jalur obat, serta waktu pemberian obat.

Benar dokumentasi membutuhkan pencatatan segera dari seorang perawat mengenai informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Informasi ini meliputi: nama obat, dosis, rute atau cara, waktu

dan tanggal, instansi atau tanda tangan perawat yang melakukan tindakan. Respon klien terhadap pengobatan perlu dicatat untuk beberapa macam obat, seperti narkotik, analgesic non narkotik, sedative, antiemetik, serta reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan (Kee and Hayes, 2010).

Dokumentasi yang detail dibutuhkan bila ternyata perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu seperti biasanya, dan harus dicantumkan alasan mengapa perawat tidak memberikan obat dengan cara semestinya, misalnya ada perubahan cara pemberian dari IM (Intra

Muskuler) ke PO (Pemberian Oral) sehingga klien tidak perlu diinjeksi. Bila pasien menolak minum obatnya atau obat itu tidak sampai terminum, harudicatat alasannya dan dilaporkan (Kee and Hayes, 2010). Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat tersebut belum diberikan (Tambayong, 2012).

Dokumentasi merupakan alat komunikasi perawat dan tenaga kesehatan lain. Salah satu penyebab banyak kesalahan pemberian obat karena perawat tidak mendokumentasikan secara tepat sehingga laporan tidak akurat. Setelah memberikan obat pada pasien, berilah tanda pada buku pencatatan obat sehingga memastikan bahwa pasien telah mendapat obat. Dokumentasi yang tidak akurat dalam pemberian obat dapat mengakibatkan kesalahan perawatan pasien selanjutnya (Potter & Perry, 2015).

KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT TETES

B.1 OBAT TETES MATA

1.             Definisi

Pemberian obat tetes mata adalah memberikan obat ke dalam mata berupa cairan.

2.             Tujuan

1)   Mata menjadi bersih.

2)   Mengobati radang pada mata.

3)   Mengurangi rasa sakit.

4)   Pupil berkontraksi untuk pemeriksaan mata.

3.             Indikasi

1)   Klien penyakit mata

2)   Untuk pemeriksaan mata.

3)   Persiapan operasi mata.

4.             Cara memberikan obat tetes mata

Persiapan Alat dan Bahan

1)   Obat tetes mata yang sudah ditentukan dengan penetes steril

2)   Pinset anatomi di seluruh instrumen

3)   Korentang dalam tempatnya

4)   Wadah steril

5)   Kom yang berisi air hangat

6)   Kapas

7)   Sarung tangan steril

8)   Bengkok/pelvis ginjal

9)   Kartu obat

Cara kerja

1)   Cuci tangan.

2)   Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3)   Atur posisi klien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.

4)   Gunakan sarung tangan.

5)   Bersihkan area kelopak mata dan bulu mata dengan kapas basah mulai dari sudut mata hingga hidung, bila sangat kotor basuh dengan air hangat

6)   Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita

7)   Teteskan obat mata di atas konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan klien untuk menutup mata secara perlahan.

8)   Tutupi mata dengan kain kasa jika perlu.

9)   Cuci tangan

10) Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

 

B.2 PEMBERIAN OBAT MELALUI TETES HIDUNG

1.             Definisi

Pemberian obat melalui tetes hidung adalah memberikan obat dengan cara meneteskan melalui hidung

2.             Tujuan

1)     Pembengkakan pada selaput lendir hidung berkurang.

2)     Mengurangi rasa sakit.

3)     Sebagai pengobatan.

3.             Indikasi

1)Rinitis akut dan kronik.

2)Sinusitis.

4.             Cara memberikan obat melalui tetes hidung

Persiapan Alat dan Bahan

1)   Obat tetes yang sudah ditentukan

2)   Sarung tangan

3)   Kapas

4)   Bengkok/piala ginjal

5)   Kartu obat

Cara kerja

1)   Jelaskan pada klien tentang tindakan yang harus dilakukan

2)   Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

3)   Ubah posisi klien dengan cara berbaring tengadah dengan cara:

a.      Ganjal bahu dengan bantal.dengan kepala lebih rendah dari bahu

b.     Berbaring dengan kepala diluruskan pada tepi tempat tidur dan ditopang oleh salah satu tangan perawat.

4)   Siapkan obat dan teteskan pada bagian hidung yang sakit sesuai dosis yang ditentukan.

5)   Biarkan posisi klien berbaring dalam beberapa menit sampai obat meresap.

6)    Bersihkan daerah sekitarhidung klien dengan kapas/tisu.

7)   Bersihkan alat dan kembalikan pada tempatnya.

8)   Cuci tangan.

9)   Dokumentasi

 

B.3 PEMBERIAN OBAT MELALUI TELINGA

1.             Definisi

Pemberian obat melalui telinga adalah memberikan obat melalui rongga telinga bagian luar denganmenggunakan obat tetes telinga.

2.             Tujuan

1)   Sebagai pengobatan.

2)   Membasmi organisme

3)   Sebagai anestesi lokal.

4)   Membunuh serangga yang masuk ke saluran telinga.

5)   Melunakkan kotoran

6)   MengurangI rasa sakit

3.             Indikasi

1)   Otitis media perforata (OMP).

2)   Telinga tersumbat oleh serumen.

3)   Telinga dipenuhi serangga.

4)   Klien yang akan dilakukan tindakan operasi di telinga.

4.             Cara Memberikan Obat Tetes Telinga

Persiapan Alat dan Bahan

1)        Obat tetes yang sudah ditentukan

2)        Kapas lidi steril

3)        Kapas bulat

4)        Handuk kecil

5)        Bengkok/ nierbekken

6)        Daftar obat

Cara kerja

1)   Jelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan.

2)   Cuci tangan Anda dan kenakan sarung tangan.

3)   Ubah posisi klien dalam posisi tidur miring, telinga yang sakit mengarah ke atas.

4)   Letakkan handuk di bawah bahu klien.

5)   Bersihkan liang telinga dengan kapas lidi.

6)   Siapkan obat dan tarik daun telinga klien yang sakit dengan tangan nondominan dan diangkat ke atas dengan hati-hati

7)   Teteskan obat dengan tangan dominan melalui sisi atau liang telinga sesuai dosis yang ditentukan.

8)   Bersihkan bekas cairan obat dengan kapas bulat.

9)   Rapikan klien dan lingkungannya.

10) Bersihkan dan rapikan alat dan kembalikan pada tempatnya

11) Cuci tangan.

12) Dokumentasi.

 

B. KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT TOPICAL

1.             Definisi

Pemberian obat topikal adalah memberikan obat pada tempat-tempat tertentu pada kulit dengan cara dioleskan

2.             Tujuan

Adapun tujuan pemberian obat topikal antara lain:

1)   Mempertahankan hidrasi permukaan kulit atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis.

2)   Melindungi bagian atas kulit.

3)   Mengurangi iritasi kulit

4)   Mengobati infeksi pada kulit.

3.             Indikasi

1)   Infeksi lokal.

2)   Dermatitis

3)   Psoriasis ringan.

4)   Keloid.

5)   Parut hipertrofik

6)   Alopesia areata

7)   Jerawat

8)   Prurigo

4.             Kontraindikasi

1)   Ulkus

5.             Cara Memberikan Obat Topikal

Persiapan Alat dan Bahan

1)   Obat yang diperlukan, misalnya salep/obat cair dan powder

2)   Kasa steril

3)   Bengkok

4)   Sarung tangan

5)   Sampiran

6)   Kartu obat

Cara kerja

1)  Jelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan.

2)  Cuci tangan Anda dan kenakan sarung tangan

3)  Pasang sampiran di sekeliling tempat tidur.

4)  Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat.

5)  Inspeksi kondisi kulit.

6)  Bersihkan kulit yang akan diberikan obat dengan kasa steril dengan menggunakan cairan.

7)  Oleskan obat (salep/obat cair/powder) ke kulit klien sesuai dengan indikasi.

8)  Rapikan klien dan lingkungannya.

9)  Bersihkan dan rapikan alat dan kembalikan pada tempatnya.

10)  Cuci tangan

11)  Dokumentasi.

 

 

C. KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA

1.             Definisi

Pemberian obat supositoria yaitu cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atan rektum dalam bentuk supositoria. Supositoria ini mudah meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Obat ini umumnya berbentuk menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan panjang sekitar 1-1.5 inci.

Supositoria biasanya diberikan kepada klien khusus yang tidak dapat mengonsumsi obat secara oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada klien yang sedang tidak sadarkan diri, klien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, klien bayi, dan klien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).

2.             Tujuan

1)  Pemberian obat via rektum akan diabsorpsi melalui mukosa rektum.

2)  Menghindari absorpsi saluran cerna atas.

3)  Memberikan efek secara lokal maupun sistemik seperti mengatasi konstipasi dan wasir.

3.             Indikasi

1)   Klien yang tidak bisa mengonsumsi obat lewat oral yang disebabkan oleh obstruksi saluran cerna atas.

2)   Klien yang tidak mampu menelan saat bahan obat yang diberikan dapat mengiritasi mukosa saluran cerna.

3)   Klien yang mengalami mual, muntah, dan ketidakmampuan untuk makan dan minum.

4)   Klien yang puasa atau yang terpasang alat.

5)   Klien dengan tingkat kesadaran rendah.

6)   Klien konstipasi.

4.             Kontraindikasi

1)   Klien dengan nyeri di rektum.

2)   Klien dengan perdarahan.

3)   Klien dengan riwayat operasi anorektal.

4)   Klien anal stenosis.

5)   Klien yang mengalami masalah dengan curah jantung.

5.             Keuntungan dan Kerugian Obat Supositoria

·         Keuntungan

1)  Bisa mengobati secara bertahap.

2)  Apabila obat menimbulkan kejang atau panas, reakainya lebih cepat yang dapat memberikan efek lokal dan sistemik

·         Kerugian

1)  Sakit atau tidak nyaman.

2)  Daya fiksasi lebih lama dari pada IV.

3)  Kalau obatnya salah dipasang maka obatnya akan keluar lagi.

4)  Tidak boleh diberikan kepada klien yang telah menjalani operasi rektal.

6.     Cara Memberikan Obat Supositoria

Persiapan Alat dan Bahan

1)   Obat supositoria

2)   Sarung tangan

3)   Sampiran

4)   Jeli (pelumas)

5)   Tisu

6)   Bengkok/nierbekken

7)   Kartu obat

Cara kerja

1)   Jelaskan pada klien tentang prosedur yang akan dilakukan.

2)   Pasang sampiran di sekeliling tempat tidur.

3)   Cuci tangan Anda dan kenakan sarung tangan.

4)   Tawarkan klien untuk buang air besar atau buang air kecil.

5)   Buka pakaian bawah klien dan ubah posisi klien ke posisi Sims.

6)   Letakkan bengkok di dekat klien.

7)   Buka pembungkus supositoria dan oleskan jeli/pelumas pada obat supositoria

8)   Masukkan obat ke dalam anus sambil minta klien untuk menarik napas panjang

9)   Anjurkan klien untuk istirahat berbaring selama 20 menit.10.

10) Lepaskan sarung tangan dan letakkan di atas bengkok.

11) Rapikan pakaian klien dan lingkungannya.

12) Bersihkan alat dan kembalikan pada tempatnya.

13) Cuci tangan

14) Kaji respons klien.

15) Dokumentasi


Sumber literasi

 

Elly, Purnamasari dkk. 2017. Buku Panduan Praktikum 18 Kompetensi Asisten Keperawatan Edisi 2. Bogor: In Media

 

EMER DIEGO. 2023. Administration of Suppository | OSCE | EMER DIEGO. https://youtu.be/WPpMDX7j6Pw?si=w6JdnL64NFmzNMPn

 

Jamilah, Andi Sitti dkk. 2018. Buku Ajar KDTK. Bogor: In Media

 

Ni Made Ari Purnama. 2018. SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP 7 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRAVENA PERSET DI RUANG INTERNA DAN BEDAH RSUD SANJIWANI GIANYAR.https://repository.itekesbali.ac.id/medias/journal/Ni_Made_Ari_Purnami.pdf

 

Nursing UMM Official. 2020. Video Tutorial Pemberian Obat Oral. https://youtu.be/qRTBiGNXt_M?si=Ei9fnzFL6zjRcfSe

 

Nursing UMM Official. 2020. Video Tutorial Pemberian Obat Topikal. https://youtu.be/7xOp8xBL2DI?si=odwDVeBwUbw5dF0B

 

Rosyidi, Kholid dan Nila D.W. 2013. Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Jakarta: Tim

 

TCC AND RN Program: Nursing Skills. 2015. Administering Eye Drops. https://youtu.be/OPysGXkdDho?si=mm7JV7IzlGAJNLN2

 

TCC AND RN Program: Nursing Skills. 2015. Administering Ear Drops. https://youtu.be/T7hS-HGuBgc?si=HZ1AqyGKJBZAaH-u

 

Zega, Wira Pratama. 2019. Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan Program Keahlian Keperawatan Prosedur untuk SMK/ MAK Kompetensi Keahlian Asisten Keperawatan Kelas XI. Jakarta: EGC


TINDAKAN DASAR KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT (ORAL, TETES, TOPICAL, DAN SUPOSITORIA

  A.   KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT ORAL 1.   Definisi Pemberian obat per oral adalah menyiapkan dan memberikan obat untuk klien, yang ...