A. KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT ORAL
1. Definisi
Pemberian obat per oral adalah
menyiapkan dan memberikan obat untuk klien, yang dapat diberikan melalui mulut
dan ditelan.
Obat merupakan sejenis subtansi yang digunakan dalam proses
diagnosis, pengobatan, penyembuhan dan perbaikan maupun pencegahan terhadap
gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis terapi primer yang memiliki
hubungan erat dengan proses penyembuhan sebuah penyakit (Potter & Perry,
2015).
2. Bentuk dan macam obat yang diberikan per oral
1) Cair
a. Larutan,
misalnya OBH, DMP, dan lain-lain
b. Suspensi, misalnya Chloramphenicol syrup
c. Emulsi, misalnya
Scott’s Emulsion, dan lain-lain.
2) Padat berupa:
a. Pulvis/
bedak serbuk
b. Tablet
c. Pil
d. Kapsul
e. Pulveres/
serbuk bagi (obat puyer)
f. Kaplet (kapsul tablet/ bentuk obat seperti
kapsul namun tekstur keras seperti tablet)
3. Tujuan
1) Menyediakan obat yang memiliki efek lokal.
2) Menghindari pemberian obat yang akan
menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
3) Menghindari pemberian obat yang mampu
menyebabkan nyeri.
4. Cara Memberikan Obat per Oral
Persiapan Alat
dan Bahan
1) Obat yang diperlukan
2) Sendok
obat
3) Gelas ukur obat
4) Lumpang/ mortir (untuk obat pulvis)
5) Meja obat/troli atau baki obat
6) Air minum dan tempatnya
7) Buku rencana pengobatan (yang berisi catatan
yang lengkap dengan nama klien, nomor tempat tidur, nomor register, jenis/nama
obat, dosis obat, waktu pemberian, dan lain-lain)
8) Sedotan
9) Lap kerja
10) Sarung tangan
Cara Kerja
Membagi obat ke tempat obat
1) Cuci tangan
2) Kaji kemampuan klien apakah mampu untuk dapat
minum obat per oral.
3) Baca instruksi pada daftar obat (nama klien,
nama dosis obat, waktu, cara pemberian, dan periksa tanggal kedaluwarsa obat)
4) Ambil obat-obatan di lemari penyimpanan obat
5) Siapkan obat dengan tepat menurut daftar obat
(obat masih dalam kemasan/pembungkus).
Membagi obat ke klien
1) Ambil daftar obat dan obat, kemudian teliti kembali
sambil membuka pembungkus obat
2) Tuangkan obat cair ke dalam gelas ukur obat,
jaga kebersihan etiket obat
3) Bawa obat dan daftar obat ke klien sambil
mencocokkan nama pada daftar obat
4) Pastikan klien benar dengan memanggil nama klen
sesuai dengan nama pada daftar obat
5) Berikan obat satu per satu ke klien sambil
menunggu sampai klien selesai minum
6) Cuci tangan
7) Dokumentasi, yaitu catatiah pada buku rencana
pengobatan, bahwa obat tersebut sudah diberikan sesuai dengan ketentuan
5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian
Obat Per Oral.
1) Klien yang alergi terhadap obat.
2) Kemampuan klien untuk menelan obat.
3) Adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu
absorpsi obat, efek samping obat, interaksi obat
4) Ketersediaan obat yang diberikan.
5) Obat-obat yang diberikan berdasarkan program
terapi dari dokter yang bersangkutan dan diberikan tepat pada waktunya.
6) Obat-obat yang dibeli sendiri oleh klien harus
disimpan di dalam lemari obat dan pada tempat khusus dengan etiket nama yang
jelas
7) Apabila kurang yakin atau kurang jelas mengenai
catatan tersebut, tanyakan kembali kepada perawat yang bertanggung jawab atau
kepada dokter yang bersangkutan.
8) Pada saat menyiapkan obat, bacalah etiket dari
setiap obat paling sedikit 3 kali, yaitu ketika:
a.
Mengambil
obat dari lemari penyimpanan
b.
Membuka
tutupnya
c.
Meletakkan
kembali ke dalam lemari.
9) Hindari mengambil obat yang kurang etiketnya.
10) Selama menuangkan obat cairan, hindari
menuangkannya pada sisi yang ada etiketnya.
11) Setiap setelah mengambil obat, tutup kembali
tempat obat dan pastikan betul-betul tertutup rapat.
12) Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat,
segera laporkan kepada yang bertanggung jawab dokter.
6. Prinsip 7 Benar Dalam Pemberian Obat
Perawat sebagai
pelaksana dalam memberikan obat hanya boleh memberikan obat sesuai dengan resep
yang telah diberikan oleh dokter dan melakukan pengecekan ulang apabila ada
keraguan terhadap instruksi tersebut.
Proses pemberian
obat minimal menggunakan prinsip 7 benar dalam pemberian obat dengan cara
membandingkan resep yang didapatkan terhadap label obat. Adapun prinsip 7 benar
berdasarkan standar yang berlaku di Rumah Sakit Umum daerah Sanjiwani Gianyar nomor
SPO.120/PKPO/VII/2018 yang direkomendasikan antara lain:
1)
Benar pasien
Perawat harus memastikan sebelum
memberikan obat apakah obat yang diberikan benar sesuai dari catatan
keperawatan dengan identitas gelang klien. Identifikasi identitas klien dan
penanda alergi klien.
Kesalahan dalam
pemberian obat sering terjadi karena pasien mengkonsumsi obat yang diresepkan
untuk orang lain. Perawat sebelum memberikan obat pada pasien harus memastikan
bahwa obat tersebut tepat
pada pasien. Hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua identitas pasien berupa nama dan nomor
identitas yang diberikan rumah sakit, atau nomor telepon. Penggunaan nomor
ruangan sebagai identitas tidak dibenarkan. Sedangkan untuk mengenali pasien di
unit gawat darurat dapat menggunakan gelang tanda pengenal pasien.
Langkah penting
dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut
diberikan pada pasien yang benar. Perawat
yang bekerja di rumah sakit atau
lingkungan perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat kepada
banyak pasien. Pasien sering mempunyai nama akhir yang serupa, dan ini
menyulitkan untuk mengingat setiap nama dan wajah, khususnya bila perawat bebas
tugas sebelumnya selama beberapa hari. Untuk mengidentifikasi pasien yang
tepat, perawat memeriksa kartu, format atau laporan pemberian obat yan dicocokan
dengan gelang identifikasi pasien dan meminta pasien menyebutkan namanya
(Potter & Perry, 2015).
Benar klien berarti
bahwa obat yang diberikan memang benar dan sudah dipastikan harus diberikan
kepada klien yang bersangkutan. Kesalahan identifikasi klien dapat terjadi jika
terdapat 2 (dua) orang klien dengan nama yang sama atau mirip berada pada satu
ruangan atau unit. Untuk menghindari kesalahan pemberian, cocokkan selalu nama
klien pada gelang identifikasi atau pada papan nama di tempat tidur klien
dengan catatan rekam medik. Maka pemakaian gelang identitas sangat penting untuk
setiap kali pengobatan (Kuntarti, 2015).
Benar klien
dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta klien
menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang
atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien
setiap kali pengobatan. Pada keadaan gelang identifikasi hilang, perawat harus
memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan (Kee and Hayes, 2010).
2)
Benar obat
Sebelum
memberikan obat pada klien, perawat memastikan kembali obat yang telah
diresepkan oleh dokter dengan memeriksa label obat sebanyak tiga kali.
Penulisan obat
di rekam medis yang dilakukan dengan tulisan tangan memungkinkan terjadinya
kesalahan dalam membaca obat tersebut karena
tulisan yang tidak jelas. Perawat
yang menerima instruksi obat dengan tulisan tangan harus mengecek kembali
dengan daftar obat yang tercantum
dalam laporan pemberian obat.
Apabila sudah benar, maka perawat dapat mempersiapkan dan memberikan obat pada
pasien. Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya perawat harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ke tempat
penyimpanan. Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan
nama dagang yang asing (baru didengar namanya) harus diperiksa nama generiknya,
bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya
harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga
saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan
obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat
untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
Benar obat
berarti klien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah pengobatan bisa diresepkan
oleh seorang dokter, pediatrist, atau pemberi asuhan yang berwenang untuk memerintahkan
pengobatan. Resep dapat ditulis di buku resep dan bagi pasien yang dirawat di rumah
sakit perintah pengobatan ditulis pada lembar instrusi dokter. Perintah melalui
telpon untuk pengobatan harus ditanda tangani oleh dokter yang menelepon dalam
waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan adalah: tanggal
dan waktu penulisan perintah, nama
obat, dosis obat, rute pemberian, frekuensi pemberian, tanda tangan dokter atau
pemberi asuhan kesehatan.
Meskipun merupakan tanggung jawab
perawat untuk mengikuti perintah yang
tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak
lengkap maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter
tersebut untuk mengklarifikasinya (Kee dan Hayes, 2010).
Obat yang
pertama kali diprogramkan kepada pasien, perawat membandingkan tiket obat atau
format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika
memberikan obat, perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format atau
tiket obat. Perawat melakukan ini tiga kali, yaitu sebelum memindahkan wadah obat
dari laci atau lemari, pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan
dari wadahnya, dan sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan.
Dengan dosis tunggal, obat sebelumnya sudah dikemas, perawat memeriksa label
pada tiket atau format obat sebanyak tiga kali walaupun obat tersebut belum diambil
dari wadah yang besar. Perawat hanya memberikan obat yang disiapkannya. Jika
terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek
obat (Potter & Perry, 2015).
3)
Benar dosis
Setelah
memastikan bahwa obat yang akan diberikan pada klien benar, perawat juga perlu
memastikan dosis dengan jumlah yang benar. Semua perhitungan dosis obat harus
diperiksa ulang agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
Penggunaan
sistem unit dosis dapat mengurangi terjadinya kesalahan pemberian dosis obat
pada pasien. Perawat dalam mempersiapkan obat yang akan diberikan pada pasien
harus melakukan penghitungan dosis yang benar dan meminimalkan kesalahan dengan
melibatkan perawat lain untuk mengecek ketepatan dosis obat yang akan diberikan
pada pasien. Setelah menghitung dosis obat, siapkan obat dengan alat ukur yang
standart seperti spuit untuk mengukur obat secara akurat. Untuk menghindari
kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas
ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain
sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
Benar dosis obat
berarti obat yang diberikan memang dosis yang
diinginkan oleh tim medis dan dosis
tersebut telah sesuai untuk klien. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan
dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung
setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan tersedianya obat dan
dosis obat yang diresepkan (diminta) serta pada keadaan tertentu berat badan
klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien (Kee and Hayes, 2010).
Sistem unit
dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia
dalam dosis yang sesuai. Apabila sebuah obat
disediakan dari volume atau
kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika
seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari
yang disediakan oleh ahli farmasi, risiko kesalahan meningkat. Pada situasi
ini, perawat harus memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan perawat lain
(Perry & Potter, 2015).
Kesalahan dosis
obat dapat terjadi bila tim medis memberikan obat yang tidak sesuai dengan
klien, apoteker salah mengeluarkan obat, perawat salah memberikan dosis obat,
perawat atau asisten perawat salah menuliskan kembali obat-obatan yang
diresepkan oleh tim medis. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila
baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat
dapat melakukan pengecekan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Lakukan pengecekan ulang terhadap dosis obat yang
diberikan bila: klien mengatakan bahwa dosis obat berubah dari biasanya,
beberapa obat harus diberikan dalam waktu yang bersamaan, dosis obat yang
diinginkan dalam jumlah yang besar, dan jumlah sediaan obat yang tersedia dari apoteker
tidak sesuai dengan dosis obat yang harus diberikan kepada klien (Kee and
Hayes, 2010).
4)
Benar cara atau rute
Sikap hati-hati
sangat diperlukan agar perawat dapat memberikan obat yang benar. Perawat perlu
memastikan apakah obat yang akan diberikan sudah dengan jalur yang tepat.
Perawat juga perlu berkonsultasi pada dokter jika tidak disertakan jalur
pemberian obat.
Benar cara
pemberian adalah memberikan obat sesuai dengan pesanan medis dan cara tersebut
aman dan sesuai untuk klien. Tim medis dalam menuliskan resep atau instruksi
harus menjelaskan cara pemberian obat dengan spesifik. Bila cara pemberian
dinilai kurang, tidak atau kurang cocok dengan kondisi klien, segera lakukan klarifikasi
dengan tim medis atau pemberi instruksi tersebut. Untuk memastikan obat
diberikan melalui cara yang sesuai, perawat harus mengetahui cara pemberian
obat yang biasa digunakan dan cara pemberian obat yang aman bila harus sesuai
dengan instruksi yang diberikan (Kee and Hayes, 2010).
Obat dapat
diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, dan
inhalasi.
a. Oral, adalah rute
pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman
dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau
bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini
berasal dari bahasa Yunani, para berarti di samping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti di luar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu
melalui vena (perset atau perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat
diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada
suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar atau
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu
pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
Saat melakukan
injeksi, rute yang benar sangat penting. Juga sangat penting untuk menyiapkan
injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral.
Menginjeksi cairan yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan
komplikasi, misalnya abses steril atau efek sistemik yang fatal (Potter &
Perry, 2015).
5)
Benar waktu
Perawat perlu
memastikan kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat. Sebagai contoh klien
diberikan resep obat dokter yang diberikan 8 jam sekali dalam tiga kali sehari,
misal dari pukul 6 pagi, 2 sore, dan jam 10 malam.
Benar waktu
pemberian adalah memberikan obat sesuai dengan frekuensi dan waktu yang sudah
ditetapkan. Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai.
Pembagian obat yang dilakukan secara rutin sangat bervariasi pada setiap
institusi, misalnya untuk obat pagi diberikan pada pukul 07.30, 08.00 atau
09.00, atau waktu pemberian obat dibuat berdasarkan frekuensi, misalnya untuk
obat yang diberikan 4 kali sehari waktu yang digunakan adalah pukul 09.00,
13.00, 17.00, dan 21.00, atau beberapa institusi menetapkan 08.00, 12.00, 16.00
dan 20.00 (Kee and Hayes, 2010).
Obat mempunyai
waktu paruh (t ½) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obatan
dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang
tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada
saat makan atau bersama makanan. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh
kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat. Ingat dalam pemberian antibiotik tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap.
Beberapa obat
memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian yang tepat.
Obat tidur harus diberikan menjelang tidur. Banyak klien yang dirawat memilih
tidur lebih awal daripada yang biasa mereka lakukan di rumah. Namun, jika
perawat menyadari bahwa prosedur dapat mengganggu tidur pasien, sebaiknya pemberian
obat ditunda sampai suatu waktu dimana pasien dapat memperoleh manfaat optimal
obat (Potter & Perry, 2015).
Perawat harus
memberikan obat secara tepat waktu karena akan berdampak pada kerja obat. Pada
waktu memberikan obat pada pasien perhatikan kode pemberian obat. Obat mempunyai
prioritas kerja obat pada waktu tertentu seperti setelah makan diberikan setengah
jam setelah makan. Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang
diprogramkan karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek
terapi dari obat. Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu
jam sebelum makan.
6)
Benar evaluasi
Setelah
memberikan obat kepada pasien, perawat masih harus memantau efek dan kinerja
dari obat tersebut. Jangan sampai pasien mengalami alergi obat, obatnya masih diberikan
pada waktu berikutnya.
Efek suatu obat
tidak selalu muncul seketika, kadang butuh jeda beberapa saat sejak waktu
pemberian. Ada jenis yang memberikan efek sangat cepat, ada juga yang harus ditunggu
sampai berjam-jam sampai benar-benar terasa khasiatnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi kecepatan aksi obat, antara lain ukuran partikel dan kondisi
individual pasien. Namun diantara berbagai faktor tersebut, jenis sediaan obat
dan cara pemberian paling menentukan seberapa cepat obat bisa memberikan efek pada
pasien. Jenis-jenis obat yang memberikan efek paling cepat berdasarkan cara
pemberiannya, adalah:
a. Inhalasi (7-10
detik)
Obat hirup atau inhalasi yang dihirup
maupun disemprotkan langsung ke hidung memberikan efek paling cepat
dibandingkan jenis obat yang lain. Partikel obat yang terhirup akan masuk ke
paru-paru dan langsung dibawa ke otak oleh pembuluh darah yang ada di sana.
Dengan mekanisme yang sama, racun nikotin dalam rokok disebut-sebut hanya butuh
7 detik untuk memicu kerusakan di otak. Jenis obat inhalasi memang lebih
diperuntukkan bagi pasien yang membutuhkan efek cepat misalnya pada serangan
asma. Meski beberapa sumber menyebut efeknya muncul antara 7-10 detik,
kecepatannya juga dipengaruhi faktor lain termasuk ukuran partikel dan kondisi
individual pasien.
b. Obat injeksi (15
detik-5 menit)
Obat suntik atau injeksi termasuk
jenis obat yang memberikan efek paling cepat, sehingga banyak dipilih dalam
kondisi gawat darurat. Dibandingkan obat yang ditelan, obat suntik lebih cepat
mencapai pembuluh darah sehingga cepat didistribusikan keseluruh tubuh. Kecepatan
obat suntik dalam memberikan efek berbeda-beda tergantung
jenis injeksi atau penyuntikan. Injeksi
intravena memberikan efek paling
cepat karena langsung disuntikkan
ke pembuluh darah, sementara injeksi subkutan (di bawah kulit) dan intramuskular
(di jaringan otot) efeknya lebih lambat. Pemberian obat suntik hanya bisa
dilakukan oleh tenaga medis, kecuali pada kondisi tertentu misalnya pasien
diabetes tipe-1 yang sewaktu-waktu harus menyuntikkan insulin sendiri. Jenis
obat suntik lain seperti pereda nyeri, antibiotik dan vitamin tidak boleh disuntikkan
sendiri.
c. Obat topikal (5
menit-30 menit)
Obat-obat topikal yang diberikan
melalui permukaan tubuh seperti salep, koyok, tablet vagina dan supositoria
merupakan jenis obat yang memberikan efek dengan kecepatan sanagt bervariasi.
Tidak secepat injeksi dan inhalasi, namun sebagian ada yang lebih cepat dibandingkan
obat telan. Efek yang cepat umumnya bersifat lokal, hanya di sekitar lokasi
pemberian misalnya salep nyeri otot yang isinya anestesi lokal. Sementara obat
topikal yang efeknya sistemik misalnya plester nikotin didesain untuk bekerja
lebih lambat dengan durasi lebih lama, untuk mengatasi kecanduan rokok. Lokasi
pemberian juga mempengaruhi kecepatan aksi obat. Untuk obat yang bersifat
sistemik, pemberian di permukaan kulit luar memberikan efek lebih lambat
dibandingkan dengan supositoria atau tablet vagina yang diserap melalui anus
serta dinding vagina.
d. Obat oral (5 menit-
1 jam)
Obat-obat yang diberikan lewat
mulut seperti tablet, kapsul dan sirup memberikan efek relatif lebih lambat
dibandingkan injeksi dan inhalasi. Karena lambat, obat oral jauh lebih aman
karena jika terjadi kesalahan masih ada kesempatan untuk memuntahkannya
kembali. Kecepatan aksinya dipengaruhi banyak faktor, terutama bentuk sediaan. Sirup
paling cepat karena tidak butuh waktu untuk disolusi atau memecah partikel,
sedangkan yang paling lama adalah tablet salut selaput (film coated) yang
didesain agar tidak pecah di lambung. Tablet hisap (sublingual) sebenarnya memberikan
efek paling cepat, namun secara teknis tidak bisa dibandingkan dengan obat-obat
oral lainnya. Penyerapan zat aktif pada tablet hisap tidak terjadi di saluran
pencernaan melainkan di bawah lidah dan rongga mulut.
7)
Benar dokumentasi
Setelah pemberian obat perawat
harus mencatat tindakan yang telah diberikan segera setelah tindakan dengan
mencatat nama klien, nama obat dan alergi, dosis obat, jalur obat, serta waktu
pemberian obat.
Benar dokumentasi membutuhkan
pencatatan segera dari seorang perawat mengenai informasi yang sesuai mengenai
obat yang telah diberikan. Informasi ini meliputi: nama obat, dosis, rute atau
cara, waktu
dan tanggal, instansi atau tanda
tangan perawat yang melakukan tindakan. Respon klien terhadap pengobatan perlu
dicatat untuk beberapa macam obat, seperti narkotik, analgesic non narkotik,
sedative, antiemetik, serta reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan
(Kee and Hayes, 2010).
Dokumentasi yang detail dibutuhkan
bila ternyata perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu seperti
biasanya, dan harus dicantumkan alasan mengapa perawat tidak memberikan obat
dengan cara semestinya, misalnya ada perubahan cara pemberian dari IM (Intra
Muskuler) ke PO (Pemberian Oral)
sehingga klien tidak perlu diinjeksi. Bila pasien menolak minum obatnya atau
obat itu tidak sampai terminum, harudicatat alasannya dan dilaporkan (Kee and
Hayes, 2010). Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan perawat lain
memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat tersebut belum diberikan
(Tambayong, 2012).
Dokumentasi merupakan alat
komunikasi perawat dan tenaga kesehatan lain. Salah satu penyebab banyak kesalahan
pemberian obat karena perawat tidak mendokumentasikan secara tepat sehingga
laporan tidak akurat. Setelah memberikan obat pada pasien, berilah tanda pada
buku pencatatan obat sehingga memastikan bahwa pasien telah mendapat obat. Dokumentasi
yang tidak akurat dalam pemberian obat dapat mengakibatkan kesalahan perawatan
pasien selanjutnya (Potter & Perry, 2015).
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT
TETES
B.1 OBAT TETES MATA
1.
Definisi
Pemberian obat tetes mata adalah
memberikan obat ke dalam mata berupa cairan.
2.
Tujuan
1) Mata menjadi bersih.
2) Mengobati radang pada mata.
3) Mengurangi rasa sakit.
4) Pupil berkontraksi untuk pemeriksaan mata.
3.
Indikasi
1) Klien penyakit mata
2) Untuk pemeriksaan mata.
3) Persiapan operasi mata.
4.
Cara
memberikan obat tetes mata
Persiapan Alat
dan Bahan
1) Obat tetes mata yang sudah ditentukan dengan
penetes steril
2) Pinset anatomi di seluruh instrumen
3) Korentang dalam tempatnya
4) Wadah steril
5) Kom yang berisi air hangat
6) Kapas
7) Sarung tangan steril
8) Bengkok/pelvis ginjal
9) Kartu obat
Cara kerja
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
3) Atur posisi klien dengan kepala menengadah
dengan posisi perawat di samping kanan.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan area kelopak mata dan bulu mata
dengan kapas basah mulai dari sudut mata hingga hidung, bila sangat kotor basuh
dengan air hangat
6) Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah
dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita
7) Teteskan obat mata di atas konjungtiva. Setelah
tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan klien untuk menutup mata secara
perlahan.
8) Tutupi mata dengan kain kasa jika perlu.
9) Cuci tangan
10) Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat
pemberian.
B.2 PEMBERIAN OBAT MELALUI TETES HIDUNG
1.
Definisi
Pemberian obat melalui tetes hidung
adalah memberikan obat dengan cara meneteskan melalui hidung
2.
Tujuan
1) Pembengkakan pada selaput lendir hidung
berkurang.
2) Mengurangi rasa sakit.
3) Sebagai pengobatan.
3.
Indikasi
1)Rinitis akut dan kronik.
2)Sinusitis.
4.
Cara
memberikan obat melalui tetes hidung
Persiapan Alat
dan Bahan
1) Obat tetes yang sudah ditentukan
2) Sarung tangan
3) Kapas
4) Bengkok/piala ginjal
5) Kartu obat
Cara kerja
1) Jelaskan pada klien tentang tindakan yang harus
dilakukan
2) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3) Ubah posisi klien dengan cara berbaring
tengadah dengan cara:
a. Ganjal bahu dengan bantal.dengan kepala lebih
rendah dari bahu
b. Berbaring dengan kepala diluruskan pada tepi
tempat tidur dan ditopang oleh salah satu tangan perawat.
4) Siapkan obat dan teteskan pada bagian hidung
yang sakit sesuai dosis yang ditentukan.
5) Biarkan posisi klien berbaring dalam beberapa
menit sampai obat meresap.
6) Bersihkan daerah sekitarhidung klien dengan
kapas/tisu.
7) Bersihkan alat dan kembalikan pada tempatnya.
8) Cuci tangan.
9) Dokumentasi
B.3 PEMBERIAN OBAT MELALUI TELINGA
1.
Definisi
Pemberian obat melalui telinga
adalah memberikan obat melalui rongga telinga bagian luar denganmenggunakan
obat tetes telinga.
2.
Tujuan
1) Sebagai pengobatan.
2) Membasmi organisme
3) Sebagai anestesi lokal.
4) Membunuh serangga yang masuk ke saluran
telinga.
5) Melunakkan kotoran
6) MengurangI rasa sakit
3.
Indikasi
1) Otitis media perforata (OMP).
2) Telinga tersumbat oleh serumen.
3) Telinga dipenuhi serangga.
4) Klien yang akan dilakukan tindakan operasi di
telinga.
4.
Cara
Memberikan Obat Tetes Telinga
Persiapan Alat dan Bahan
1)
Obat tetes
yang sudah ditentukan
2)
Kapas lidi
steril
3)
Kapas
bulat
4)
Handuk
kecil
5)
Bengkok/
nierbekken
6)
Daftar
obat
Cara kerja
1) Jelaskan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2) Cuci tangan Anda dan kenakan sarung tangan.
3) Ubah posisi klien dalam posisi tidur miring,
telinga yang sakit mengarah ke atas.
4) Letakkan handuk di bawah bahu klien.
5) Bersihkan liang telinga dengan kapas lidi.
6) Siapkan obat dan tarik daun telinga klien yang
sakit dengan tangan nondominan dan diangkat ke atas dengan hati-hati
7) Teteskan obat dengan tangan dominan melalui
sisi atau liang telinga sesuai dosis yang ditentukan.
8) Bersihkan bekas cairan obat dengan kapas bulat.
9) Rapikan klien dan lingkungannya.
10) Bersihkan dan rapikan alat dan kembalikan pada
tempatnya
11) Cuci tangan.
12) Dokumentasi.
B. KONSEP
DASAR PEMBERIAN OBAT TOPICAL
1.
Definisi
Pemberian obat topikal adalah
memberikan obat pada tempat-tempat tertentu pada kulit dengan cara dioleskan
2.
Tujuan
Adapun tujuan pemberian obat
topikal antara lain:
1) Mempertahankan hidrasi permukaan kulit atau
cairan tubuh untuk mencapai homeostasis.
2) Melindungi bagian atas kulit.
3) Mengurangi iritasi kulit
4) Mengobati infeksi pada kulit.
3.
Indikasi
1) Infeksi lokal.
2) Dermatitis
3) Psoriasis ringan.
4) Keloid.
5) Parut hipertrofik
6) Alopesia areata
7) Jerawat
8) Prurigo
4.
Kontraindikasi
1) Ulkus
5.
Cara
Memberikan Obat Topikal
Persiapan Alat
dan Bahan
1) Obat yang diperlukan, misalnya salep/obat cair
dan powder
2) Kasa steril
3) Bengkok
4) Sarung tangan
5) Sampiran
6) Kartu obat
Cara kerja
1) Jelaskan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2) Cuci tangan Anda dan kenakan sarung tangan
3) Pasang sampiran di sekeliling tempat tidur.
4) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman,
pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat.
5) Inspeksi kondisi kulit.
6) Bersihkan kulit yang akan diberikan obat dengan
kasa steril dengan menggunakan cairan.
7) Oleskan obat (salep/obat cair/powder) ke kulit
klien sesuai dengan indikasi.
8) Rapikan klien dan lingkungannya.
9) Bersihkan dan rapikan alat dan kembalikan pada
tempatnya.
10) Cuci tangan
11) Dokumentasi.
C. KONSEP
DASAR PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA
1.
Definisi
Pemberian obat
supositoria yaitu cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atan
rektum dalam bentuk supositoria. Supositoria ini mudah meleleh, melunak, atau
melarut pada suhu tubuh. Obat ini umumnya berbentuk menyerupai peluru atau
torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan panjang sekitar 1-1.5 inci.
Supositoria
biasanya diberikan kepada klien khusus yang tidak dapat mengonsumsi obat secara
oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada klien yang sedang tidak
sadarkan diri, klien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, klien bayi,
dan klien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk
menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).
2.
Tujuan
1) Pemberian obat via rektum akan diabsorpsi
melalui mukosa rektum.
2) Menghindari absorpsi saluran cerna atas.
3) Memberikan efek secara lokal maupun sistemik
seperti mengatasi konstipasi dan wasir.
3.
Indikasi
1) Klien yang tidak bisa mengonsumsi obat lewat
oral yang disebabkan oleh obstruksi saluran cerna atas.
2) Klien yang tidak mampu menelan saat bahan obat
yang diberikan dapat mengiritasi mukosa saluran cerna.
3) Klien yang mengalami mual, muntah, dan
ketidakmampuan untuk makan dan minum.
4) Klien yang puasa atau yang terpasang alat.
5) Klien dengan tingkat kesadaran rendah.
6) Klien konstipasi.
4.
Kontraindikasi
1) Klien dengan nyeri di rektum.
2) Klien dengan perdarahan.
3) Klien dengan riwayat operasi anorektal.
4) Klien anal stenosis.
5) Klien yang mengalami masalah dengan curah
jantung.
5.
Keuntungan
dan Kerugian Obat Supositoria
·
Keuntungan
1) Bisa mengobati secara bertahap.
2) Apabila obat menimbulkan kejang atau panas,
reakainya lebih cepat yang dapat memberikan efek lokal dan sistemik
·
Kerugian
1) Sakit atau tidak nyaman.
2) Daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
3) Kalau obatnya salah dipasang maka obatnya akan
keluar lagi.
4) Tidak boleh diberikan kepada klien yang telah
menjalani operasi rektal.
6. Cara Memberikan Obat Supositoria
Persiapan Alat dan Bahan
1) Obat supositoria
2) Sarung tangan
3) Sampiran
4) Jeli (pelumas)
5) Tisu
6) Bengkok/nierbekken
7) Kartu obat
Cara kerja
1) Jelaskan pada klien tentang prosedur yang akan
dilakukan.
2) Pasang sampiran di sekeliling tempat tidur.
3) Cuci tangan Anda dan kenakan sarung tangan.
4) Tawarkan klien untuk buang air besar atau buang
air kecil.
5) Buka pakaian bawah klien dan ubah posisi klien
ke posisi Sims.
6) Letakkan bengkok di dekat klien.
7) Buka pembungkus supositoria dan oleskan jeli/pelumas
pada obat supositoria
8) Masukkan obat ke dalam anus sambil minta klien
untuk menarik napas panjang
9) Anjurkan klien untuk istirahat berbaring selama
20 menit.10.
10) Lepaskan sarung tangan dan letakkan di atas
bengkok.
11) Rapikan pakaian klien dan lingkungannya.
12) Bersihkan alat dan kembalikan pada tempatnya.
13) Cuci tangan
14) Kaji respons klien.
15) Dokumentasi
Sumber literasi
Elly, Purnamasari dkk. 2017. Buku Panduan
Praktikum 18 Kompetensi Asisten Keperawatan Edisi 2. Bogor: In Media
EMER DIEGO. 2023. Administration of
Suppository | OSCE | EMER DIEGO. https://youtu.be/WPpMDX7j6Pw?si=w6JdnL64NFmzNMPn
Jamilah, Andi
Sitti dkk. 2018. Buku Ajar KDTK. Bogor: In Media
Ni Made Ari Purnama. 2018. SKRIPSI GAMBARAN
PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP 7 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRAVENA
PERSET DI RUANG INTERNA DAN BEDAH RSUD SANJIWANI GIANYAR.https://repository.itekesbali.ac.id/medias/journal/Ni_Made_Ari_Purnami.pdf
Nursing UMM Official. 2020. Video
Tutorial Pemberian Obat Oral. https://youtu.be/qRTBiGNXt_M?si=Ei9fnzFL6zjRcfSe
Nursing UMM Official. 2020. Video
Tutorial Pemberian Obat Topikal. https://youtu.be/7xOp8xBL2DI?si=odwDVeBwUbw5dF0B
Rosyidi, Kholid dan Nila D.W. 2013. Prosedur
Praktik Keperawatan Jilid 1. Jakarta: Tim
TCC AND RN Program: Nursing Skills.
2015. Administering Eye Drops. https://youtu.be/OPysGXkdDho?si=mm7JV7IzlGAJNLN2
TCC AND RN Program: Nursing Skills.
2015. Administering Ear Drops. https://youtu.be/T7hS-HGuBgc?si=HZ1AqyGKJBZAaH-u
Zega, Wira Pratama. 2019. Keterampilan Dasar Tindakan
Keperawatan Program Keahlian Keperawatan Prosedur untuk SMK/ MAK Kompetensi
Keahlian Asisten Keperawatan Kelas XI. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar