Kamis, 26 September 2019

Konsep Dasar Farmakologi

A. Tujuan
Peserta Didik Mampu Mengetahui Konsep Dasar Farmakologi Secara Umum

B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Peserta didik memahami pengetahuan dasar farmakologi
2. Peserta didik memahami penamaan obat

C. Uraian Materi

1. Dasar Farmakologi

a. Farmakologi

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek tentang obat terutama tentang respon tubuh terhadap obat yang meliputi aspek Farmasetika, Farmakokinetika, Farmakodinamika. Dalam Farmakologi ada beberapa ilmu yang terkait didalamnya meliputi Farmakodinamika, Farmakokinetika, Farmakoterapi, Farmakognosi, Toksikologi dan Farmasetik. Namun dalam dunia keperawatan hanya beberapa yang terkait didalamnya yang perlu diketahui yaitu Farmakodinamik, Farmakokinetik dan Farmakoterapi.

b. Farmakodinamik

Farmakodinamik ialah sub disiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerja obat dalam tubuh disebut juga dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula darah turun.Kerja obat dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja) merupakan waktu yang diperlukan oleh obat untuk menimbulkan efek terapi atau efek penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terap. Peak (puncak), duration (lama kerja) merupakan lamanya obat menimbulkan efek terapi, dan waktu paruh. Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, danhormon.
Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik.
Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor. Reseptor sendiri bisa berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau lemak. Semakin banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi, maka efeknya akan meningkat.
Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini bisa dengan cara mengikat (membatasi produksi) atau memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri. Contohnya obat kolinergik. Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat enzim asetilkolin esterase. Enzim ini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolin esterase dihambat, maka asetilkolin tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin.
Maksud dari kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara tanpa mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Nabikarbonat yang merubah cairan pH tubuh, alkohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang mengikat toksin, zat racun, atau bakteri. Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (parsial). Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa kimia juga bisa tidak menimbulkan efek farmakologis. zat tersebut diberinama antagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang lebi kuat maka dapat menghalangi efek agonis.

c. Farmakokinetik

Farmakokinetika, mempelajari perjalanan obat di dalam tubuh, mulai dari penyerapan (absorpsi), penyebarannya (distrtibusi) ke tempat kerjanya dan jaringan lain, perombakannya (biotransformasi), dan pengeluarannya (ekskresi).

Dalam Farmakokinetik meliputi ADME ( Adsorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eksresi ).
Absorpsi 
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantunng pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna ( mulut sampai dengan rectum ), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Contoh pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absopsi utama adalah usus halus. Absorpsi obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif (tanpa memerlukan energi) karena itu absorpsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak. Absorpsi secara transpor aktif terjadi teutama di dalam usus halus untuk zat-zat makanan : glokusa dan gula lain, asam amino, basa purin, dan pirimidin, mineral, dan beberapa vitamin.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi Absorbsi :
 Lemak : terdapat beberapa macam obat, ada obat yang dapat larut dalam lemak namun ada pula yang tidak dapat larut dalam lemak. Pada obat yang larut dalam lemak akan mudah teradsorbsi dibandingkan yang tidak, yang tidak akan membutuhkan carrier agar dapat diabsorbsi oleh tubuh.
 Aliran Darah : jika aliran darah tubuh baik maka proses adsorbsi akan baik pula, namun sebaliknya jika aliran darah mengalami hambatan maka proses adsorbsi akan mengalami gangguan.
 Rasa nyeri : nyeri dapat menghambat proses adsorbsi sebab jika terdapat nyeri maka proses kerja pinositosis akan terhambat. Dimana pinositosis berperan dalam proses adsorbsi obat dalam tubuh.
 Stress : stress akan mempengaruhi otak dalam melekukan perintah adsorbssi obat.
 Kelaparan : dalam kondisi lapar usus tidak dapat melakukan proses peristaltik sehingga proses adsorbsi akan tidak berlangsung.
 Makanan dalam usus : jika dalam suatu volume usus mengalami keadaan yang berlebihan maka proses perpindahan obat untuk diabsrobsi akan terhambat.
  pH : keasaman dalam usus akan mempengaruhi absorbsi obat, jika terlalu asam maka obat akan hancur.

Distribusi  
Setelah obat diabsorbsi dalam pembuluh darah, obat akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi. Area tubuh yang mempunyai banyak pembuluh darah misalnya, hati, ginjal dan otak dapat dicapai oleh obat lebih cepat dibanding dengan area yang sedikit mendapat suplai darah, misalnya kulit dan otot. Kecepatan obat dapat mencapai berbagai area tubuh tergantung pada perfusi dan permeabilitas kapilerkapiler terhadap molekul obat. Sifat kimia dan fisik obat menentukan area dimana obat tersebut dapat bereaksi. Obat tertentu dapat bereaksi secara terbatas hanya pada satu area, namun ada pula obat yang dapat bereaksi secara luas misalnya etil alkohol yang dapat bereaksi hampir disemua cairan tubuh.

Metabolisme 
Metabolisme merupakan proses menghancurkan obat yang terjadi didalam hati, hati ini berperan dalam menghancurkan obat jika obat telah menyelesaikan fungsinya. Metabolisme ini dilakukan dengan cara inaktif oleh enzim – enzim hati kemudian di ekskresikan. Proses pengeluarannya dipengaruhi oleh disfungsi hati seperti serosis, hepatitis.

Ekskresi 
Ekskresi, merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit yang polar (obat yang larut baik dalam air) diekskresi lebih cepat daripada obat yang larut baik dalam lemak, kecuali pada eksresi melaui paru-paru. Ginjal merupakan organ eksresi yang terpenting. Metabolit yang larut dalam air sukar direabsorpsi oleh tubuli ginjal, sehingga akan dikeluarkan bersama-sama urine. Sebaliknya, obat yang mudah larut dalam lemak jika sudah berada dalam tubuli ginjal sebagian besar direabsorpsi oleh tubuli ginjal. Obat yang tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus bisa disekresi oleh ginjal melalui sekresi tubulus. Jadi proses eliminasi oleh ginjal (ekskresi) meupakan hasil dari prosesproses filtrasi glomerulus, reabsorbsi, dan sekresi tubulus. Bila fungsi ginjal rusak sedangkan obat harus dikeluarkan melalui ginjal maka eksresinya tidak sempurna dan memudahkan terjadinya keracunan. Hasil ekskresi dapat berupa urine, air ludah, air susu, air mata, keringat dan lain-lain.

d. Farmakoterapi 
Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat, sifat fisiologi atau mikrobiologinya dengan penyakit.
Beberapa hal yg dipelajari dalam farmakoterapi :

1) Pemilihan Obat
 Diagnosis yang tepat
 Pengetahuan yg berhubungan dg patofisiologi suatu penyakit.Pengetahuan farmakologi dasar, biokimia obat dan metabolitnya, kinetika senyawa pada orang normal dan sakit.
 Kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu dalam praktek.
 Tindakan yg beralasan dalam menghubungkan patofisiologi dan farmakologi hingga bisa di dapat hasil pengobatan yg dikehendaki.
 Rencana untuk melakukan evaluasi dan pengukuran spesifik yg dapat menggambarkan daya guna dan toksisitas serta merancangterapi selanjutnya.

2) PengembanganObat  Beberapa tahap untuk pengembangan obat baru :
 Ide / hipotesis
 Rancangan bahan sintesisnya.
 Studi pada jaringan dan hewan (uji praklinik)
 Studi pada manusia (uji klinik)
 Hak paten
 Studi pasca pasar tentang keamanan dan perbandingan dengan obat lain.

3) Interaksi Obat Berbagai tingkat interaksi obat :
 Interaksi absorbs
 Interaksi ikatan protein plasma
 Interaksi farmakodinamik

4) EfekSamping Obat mencakup setiap pengaruh obat yang tidak dikehendaki atau yang merugikan/ membahayakan pasien dalam dosis terapeutik untuk pencegahan maupun pengobatan.
Beberapa jenis efek samping obat :
 Tipe A Terjadi akibat aksi farmakologis yg normal umumnya tergantung dosis. Insiden dan morbiditasnya tinggi, tapi mortalitas rendah.
Contoh : Mengantuk setelah minum CTM.
 Tipe B Timbulnya tidak dapat diduga, Insiden dan morbiditasnya rendah, namun mortalitasnya tinggi.
Contoh : Reaksi imunologik.

5) Terapi Obat Rasional Enam langkah farmakoterapi yg rasional :
 Menentukan diagnosis yg tepat.
 Memahami patofisiologi penyakit dan peluang untuk intervensi obat.
  Memahami farmakologi obat yang dapat dipakai sebagai pilihan farmakoterapi terhadap penyakit
 tersebut.
 Seleksi obat dan dosis yang paling optimal untuk pasien yang paling spesifik.  Seleksi efikasi dan toksisitas yang perlu dipantau.
 Membina hubungan baik dengan pasien.

6) Keputusan Klinik Faktor yg berperan dalam proses pengambilan keputusan klinik :
 Bukti ilmiah atau medik yang valid (mis. Uji klinik).
 Faktor pasien (mis. Kepercayaan pasien).
 Faktor Dokter (mis. Pengalaman / mutu).
 Paksaan (mis. Asuransi).
7) Pengobatan Sendiri Dapat dilakukan untuk hal berikut :
 Penghilangan simptom jangka pendek, untuk penyakit yg diagnosis akuratnya tidak diperlukan.  Kasus penyakit kronik atau kambuhan tanpa komplikasi.

e. Farmakognosi 
Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat–zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.

f. Toksikologi 
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek toksik dari berbagai racun, zat kimia (termasuk obat) lainnya pada tubuh manusia. Terutama dipelajari cara diagnosis, pengobatan dan tindakan pencegahan terjadinya keracunan.

g. Farmakognosa
Merupakan cabang ilmu yang membahas sejarah, produksi, perdagangan, pemilihan, identifikasi, preservasi obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan binatang.

h. Farmasi
Berkaitan dengan pengetahuan yang membahas nilai kimia dan fisik obat dan bentuk dosis obat. Ahli farmasi mempunyai peranan dalam menyiapkan dan meracik obat.

2. Penamaan Obat

a. Nama Kimia
 Tata Nama kimia bahan obat merujuk pada IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) co : Acetaminofen atau parasetamol memiliki nama kimia 4’hydroxyacetanilide(HO-fenilNHCOCH3), Amfetamin mempunyai nama kimiadlmethylphenethylamine (fenil-CH2-CH(NH2)CH3), Tetrasiklin mempunyai nama kimia yang panjang 4-(dimethylamino)-1,4, 4a, 5, 5a, 6, 11, 12a-octa hidro-3, 6, 10, 12, 12a- pentahydroxy-6methyl-1, 11- dioxo-2 naphtacenecarboxamide monohydro chlorida 

b. Nama Generik
 Karena panjang dan sulitnya nama kimia, maka untuk keperluan komunikasi setiap senyawa diberi nama yang bukan nama kepemilikan (nonpropietary) yang sifatnya trivial yang dapat diterima secara universal
 Nama generik diberikan oleh WHO’s International Nonpropietary Names (INN) for Pharmaceutical Subtances 
 Sebelum dibahas di INN, calon nama generik tersebut dibahas di badan nasional masing-masing negara untuk disetujui terlebih dahulu 
BAN : British Approved Names USAN : United State Approved Names JAN : Japanese Accepted Names, dll 
 Penulisan nama generik dengan huruf kecil kecuali di awal kalimat , Contoh : asetaminofen, tetrasiklin, asetosal

Daftar Pustaka

Athijah, Umi. 2011. Buku Ajar Preskripsi Obat dan Resep Jilid 1. Surabaya: Airlangga University Press.

Laily, Dayang. 2016. Modul Guru Pembelajar Paket Keahlian Keperawatan SMK. Depok: Kemendikbud R.I

1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.club ^_$
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    BalasHapus

TINDAKAN DASAR KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT (ORAL, TETES, TOPICAL, DAN SUPOSITORIA

  A.   KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT ORAL 1.   Definisi Pemberian obat per oral adalah menyiapkan dan memberikan obat untuk klien, yang ...